Postingan

Ironi Bojakan - Hidup Dibawah Bayangan Taman Nasional

Gambar
Ironi Bojakan - Hidup Dibawah Bayangan Taman Nasional Ironi Bojakan- Hidup Dibawah Bayangan Taman Nasional Oleh: Yohanes Irman Masyarakat Bojakan melakukan dialog bersama Taman Nasional Siberut tanggal 29 Oktober 2025. Foto oleh Yohanes Irman. Di sebuah pulau yang jauh dari hiruk pikuk kota, berdiri sebuah Desa bernama Bojakan. Desa kecil yang dikelilingi oleh hutan, sungai dan bukit - lanskap yang bagi masyarakatnya bukan sekadar bentangan alam, melainkan sumber kehidupan dan identitas. Di sanalah Masyarakat hidup turun-temurun, Bertani, mencari ikan di sungai, mengambil kayu untuk sampan dan rumah di hutan, mengambil rotan dan menjaga keseimbangan dengan alam sebagaimana leluhur mereka ajarkan - mereka mengambil dari hutan sesuai kebutuhan. Namun, harmoni itu perlahan pudar Ketika garis batas Bernama Taman Nasional Siberut membayangi kehidupan mereka. ...

Realita Digitalisasi di Tengah Keterbatasan Energi dan Akses Bojakan

Gambar
Realita Digitalisasi di Tengah Keterbatasan Energi dan Akses Bojakan ✍️ Oleh: KINEKRE – Desa Bojakan, Sumatra Barat Di tengah hutan, di antara sungai dan bukit yang memisahkan dusun satu dengan yang lain, Desa Bojakan perlahan-lahan mulai terhubung dengan dunia luar. Bukan lewat jalan beraspal atau jembatan beton, tapi lewat sinyal dari langit — jaringan internet Starlink. Kini sudah ada lima perangkat Starlink di Bojakan: milik kantor desa , BPD , SDN 15 Bojakan , dan dua unit di rumah pribadi masyarakat . Dua di antaranya merupakan perangkat generasi kedua (Gen 2), sedangkan tiga lainnya adalah perangkat generasi ketiga (Gen 3) yang dibiayai melalui alokasi Dana Desa. Langkah ini diambil oleh pemerintah desa setelah melihat bahwa Starlink menjadi solusi paling praktis dalam membuka akses digital bagi masyarakat — meskipun dengan biaya yang tidak murah. Pemerintah memutuskan untuk menganggarkannya dan menempatkan peran...

“Ketika Plafon Roboh, Semangat Belajar Tak Ikut Jatuh: Potret SDN 23 Bojakan”

Gambar
Publikasi lokal · Desa Bojakan — SDN 23 Lubaga Sekolah Tua di Lubaga: Tempat Anak-Anak Dusun Lubaga Tetap Belajar Meski Atap Bocor Di ujung pedalaman Dusun Lubaga, Desa Bojakan, berdiri SD Negeri 23 Bojakan — sekolah sederhana yang masih menghidupkan harapan bagi anak-anak di wilayah terpencil. Berikut laporan singkat disertai foto. Untuk mencapai Dusun Lubaga, dibutuhkan perjalanan panjang: naik pompong berjam-jam lalu berjalan melewati bukit dan hutan. Letak yang jauh itu membuat kondisi sarana pendidikan sangat rentan tertinggal. " Foto 1 — Lantai koridor dan area kelas yang rusak; beberapa ubin pecah dan permukaan becek saat hujan. " Foto 2 — Plafon kelas yang berlubang dan beberapa panel yang terlepas, meningkatkan risiko kebocoran dan keselamatan siswa. " Foto 3 — Ruang kelas; fasilitas sederhana. ...

Membangun Bojakan: Diantar SDM dan Ekonomi yang Saling Menunggu

Gambar
Membangun Bojakan: Di Antara SDM dan Ekonomi yang Saling Menunggu Oleh: John — Direktur BUMDes TIRIK OINAN 1. Sebuah Dilema dari Ujung Negeri Desa Bojakan adalah rumah bagi tiga dusun: Bojakan, Lubaga, dan Bai’ . Tiga nama yang akrab di telinga masyarakat, tapi jaraknya satu sama lain seakan dipisahkan oleh waktu dan tenaga. Untuk mencapai Dusun Lubaga dari Bojakan, masyarakat harus naik pompong selama tiga jam, lalu berjalan kaki naik-turun bukit sekitar empat sampai lima jam, sebelum akhirnya turun lagi ke hilir dengan pompong dua hingga tiga jam lagi. Antara Lubaga dan Bai’ masih lebih dekat — hanya sekitar tiga puluh menit dengan pompong — tapi tetap saja, jarak itu menjadi dinding besar bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Di tengah kondisi itu, Bojakan menyimpan satu kenyataan yang terasa pahit namun jujur: ekonomi masyarakat sulit tumbuh, sementara kualitas sumber daya manusianya (SDM) juga masih terbatas. Masalahnya, dua ...

Bojakan: Hidup di Dusun Tanpa Listrik dan Hanya Bisa Dijangkau dengan Pompong

Gambar
Bojakan: Hidup di Dusun Tanpa Listrik dan Hanya Bisa Dijangkau dengan Pompong Di tengah bukit dan sungai yang membentang, Dusun Bojakan berdiri dengan tenang namun penuh tantangan. Desa ini tidak tersentuh jalan darat, listrik pun praktis tidak ada. Satu-satunya akses ke dunia luar hanyalah melalui pompong, perahu tradisional yang menavigasi sungai berliku. Perjalanan ke desa tetangga atau kecamatan memakan waktu berjam-jam, ditambah biaya bahan bakar yang tidak sedikit. Kondisi ini membuat harga kebutuhan pokok tinggi, sementara hasil bumi warga sering dijual murah karena sulit diangkut ke pasar. Foto: Masyarakat Bojakan membawa barang menggunakan pompong. Perjalanan ke Dunia Luar Setiap perjalanan dari Bojakan bukan sekadar berpindah tempat; ia adalah perjalanan melawan alam. Pompong yang menahan beban manusia dan barang meluncur perlahan di sungai yang kadang berarus deras. Biaya bahan ...

Bojakan Canoes: Tradition, Solidarity, and the Identity of the Mentawai People

Gambar
In Bojakan Village, a canoe is not just a means of transportation. It is an identity, a tradition, and a piece of local wisdom passed down through generations. For Pak Martinus, one of the village elders, building a canoe still follows the footsteps of his ancestors—a combination of craftsmanship, specific timber selection, and cultural rules deeply tied to tradition. The Timber: Not Just Any Big Tree A canoe cannot be made from just any tree. The Bojakan people carefully choose timbers known for being water-resistant, durable, and resilient, such as katuka, ataran, kaboi, macemen, garau, and menegan. These large trees are usually found deep in the forest. Before felling, taboos are strictly observed. For example, canoe owners are forbidden from eating young nibung shoots, as it is believed the wood will crack if the taboo is broken. After cutting, the logger plants a small sapling at the stump as a symbolic replacement for the tree taken. Tools: From Onggut to Chainsaws Th...

Dari Bojakan: Tanah Keras, Harapan yang Tetap Tumbuh

Gambar
Hidup di Bojakan bukan perkara mudah. Tanah pertanian sebagian besar berupa tanah liat berwarna kuning, yang sulit ditanami dan cepat tergenang air. Bagi petani, itu berarti kerja keras yang sering berujung pada hasil seadanya. Belum lagi banjir yang sewaktu-waktu datang dan merusak tanaman. Di tengah kondisi itu, ada kebutuhan mendesak: pagar pertanian. Tanaman sering rusak oleh banjir dan hewan, sehingga hasil panen tidak pernah benar-benar aman. Pagar kawat dianggap sebagai solusi yang lebih kuat dan tahan lama. Namun pagar saja tidak cukup. Masyarakat Bojakan berharap ada pendampingan dan edukasi tentang pemeliharaan tanah. Kami ingin belajar bagaimana tanah yang liat ini bisa kembali subur—dengan kompos, pupuk organik, dan teknik bercocok tanam yang sesuai. Lebih dari itu, kami ingin ada fasilitasi nyata: 🌱Kompos dan pupuk organik yang bisa memperbaiki kualitas tanah. 🌱Pagar kawat yang kuat untuk melindungi hasil pertanian. 🌱Pembukaan dan pembebasan lahan pertanian ...