Postingan

Menampilkan postingan dengan label Bojakan

Ironi Bojakan - Hidup Dibawah Bayangan Taman Nasional

Gambar
Ironi Bojakan - Hidup Dibawah Bayangan Taman Nasional Ironi Bojakan- Hidup Dibawah Bayangan Taman Nasional Oleh: Yohanes Irman Masyarakat Bojakan melakukan dialog bersama Taman Nasional Siberut tanggal 29 Oktober 2025. Foto oleh Yohanes Irman. Di sebuah pulau yang jauh dari hiruk pikuk kota, berdiri sebuah Desa bernama Bojakan. Desa kecil yang dikelilingi oleh hutan, sungai dan bukit - lanskap yang bagi masyarakatnya bukan sekadar bentangan alam, melainkan sumber kehidupan dan identitas. Di sanalah Masyarakat hidup turun-temurun, Bertani, mencari ikan di sungai, mengambil kayu untuk sampan dan rumah di hutan, mengambil rotan dan menjaga keseimbangan dengan alam sebagaimana leluhur mereka ajarkan - mereka mengambil dari hutan sesuai kebutuhan. Namun, harmoni itu perlahan pudar Ketika garis batas Bernama Taman Nasional Siberut membayangi kehidupan mereka. ...

Membangun Bojakan: Diantar SDM dan Ekonomi yang Saling Menunggu

Gambar
Membangun Bojakan: Di Antara SDM dan Ekonomi yang Saling Menunggu Oleh: John — Direktur BUMDes TIRIK OINAN 1. Sebuah Dilema dari Ujung Negeri Desa Bojakan adalah rumah bagi tiga dusun: Bojakan, Lubaga, dan Bai’ . Tiga nama yang akrab di telinga masyarakat, tapi jaraknya satu sama lain seakan dipisahkan oleh waktu dan tenaga. Untuk mencapai Dusun Lubaga dari Bojakan, masyarakat harus naik pompong selama tiga jam, lalu berjalan kaki naik-turun bukit sekitar empat sampai lima jam, sebelum akhirnya turun lagi ke hilir dengan pompong dua hingga tiga jam lagi. Antara Lubaga dan Bai’ masih lebih dekat — hanya sekitar tiga puluh menit dengan pompong — tapi tetap saja, jarak itu menjadi dinding besar bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Di tengah kondisi itu, Bojakan menyimpan satu kenyataan yang terasa pahit namun jujur: ekonomi masyarakat sulit tumbuh, sementara kualitas sumber daya manusianya (SDM) juga masih terbatas. Masalahnya, dua ...

Bojakan: Hidup di Dusun Tanpa Listrik dan Hanya Bisa Dijangkau dengan Pompong

Gambar
Bojakan: Hidup di Dusun Tanpa Listrik dan Hanya Bisa Dijangkau dengan Pompong Di tengah bukit dan sungai yang membentang, Dusun Bojakan berdiri dengan tenang namun penuh tantangan. Desa ini tidak tersentuh jalan darat, listrik pun praktis tidak ada. Satu-satunya akses ke dunia luar hanyalah melalui pompong, perahu tradisional yang menavigasi sungai berliku. Perjalanan ke desa tetangga atau kecamatan memakan waktu berjam-jam, ditambah biaya bahan bakar yang tidak sedikit. Kondisi ini membuat harga kebutuhan pokok tinggi, sementara hasil bumi warga sering dijual murah karena sulit diangkut ke pasar. Foto: Masyarakat Bojakan membawa barang menggunakan pompong. Perjalanan ke Dunia Luar Setiap perjalanan dari Bojakan bukan sekadar berpindah tempat; ia adalah perjalanan melawan alam. Pompong yang menahan beban manusia dan barang meluncur perlahan di sungai yang kadang berarus deras. Biaya bahan ...

Bojakan Canoes: Tradition, Solidarity, and the Identity of the Mentawai People

Gambar
In Bojakan Village, a canoe is not just a means of transportation. It is an identity, a tradition, and a piece of local wisdom passed down through generations. For Pak Martinus, one of the village elders, building a canoe still follows the footsteps of his ancestors—a combination of craftsmanship, specific timber selection, and cultural rules deeply tied to tradition. The Timber: Not Just Any Big Tree A canoe cannot be made from just any tree. The Bojakan people carefully choose timbers known for being water-resistant, durable, and resilient, such as katuka, ataran, kaboi, macemen, garau, and menegan. These large trees are usually found deep in the forest. Before felling, taboos are strictly observed. For example, canoe owners are forbidden from eating young nibung shoots, as it is believed the wood will crack if the taboo is broken. After cutting, the logger plants a small sapling at the stump as a symbolic replacement for the tree taken. Tools: From Onggut to Chainsaws Th...

Dari Bojakan: Tanah Keras, Harapan yang Tetap Tumbuh

Gambar
Hidup di Bojakan bukan perkara mudah. Tanah pertanian sebagian besar berupa tanah liat berwarna kuning, yang sulit ditanami dan cepat tergenang air. Bagi petani, itu berarti kerja keras yang sering berujung pada hasil seadanya. Belum lagi banjir yang sewaktu-waktu datang dan merusak tanaman. Di tengah kondisi itu, ada kebutuhan mendesak: pagar pertanian. Tanaman sering rusak oleh banjir dan hewan, sehingga hasil panen tidak pernah benar-benar aman. Pagar kawat dianggap sebagai solusi yang lebih kuat dan tahan lama. Namun pagar saja tidak cukup. Masyarakat Bojakan berharap ada pendampingan dan edukasi tentang pemeliharaan tanah. Kami ingin belajar bagaimana tanah yang liat ini bisa kembali subur—dengan kompos, pupuk organik, dan teknik bercocok tanam yang sesuai. Lebih dari itu, kami ingin ada fasilitasi nyata: 🌱Kompos dan pupuk organik yang bisa memperbaiki kualitas tanah. 🌱Pagar kawat yang kuat untuk melindungi hasil pertanian. 🌱Pembukaan dan pembebasan lahan pertanian ...

Perjalanan Panjang Menuju Lubaga dan Bai’: Sebuah Cerita dari Pedalaman Bojakan

Gambar
Perjalanan Panjang Menuju Lubaga dan Bai’: Sebuah Cerita dari Pedalaman Bojakan Oleh: Yohanes Irman— Bojakan, 18–20 November 2023 Pagi yang Tenang di Bojakan Pagi itu, 18 November 2023, langit Bojakan tampak cerah. Sinar matahari perlahan menembus pepohonan di tepi sungai, dan angin membawa aroma air pasang yang lembut. Kami bersiap-siap untuk berangkat — saya, sekretaris desa, dan kasi pemerintahan. Dari kecamatan ada enam orang: kasi pemerintahan, staf pencatatan sipil, Pol PP, dan beberapa lainnya. Total sembilan orang, dengan tiga perempuan di antaranya. Tiga sampan kecil — atau lebih tepatnya pompong — sudah menunggu di tepi sungai. Kami semua tahu, ini bukan perjalanan biasa. Tujuan kami: Dusun Lubaga, salah satu dusun terpencil di wilayah Desa Bojakan. Dari Bojakan ke Sinindiu masih bisa dilalui dengan pompong, tapi setelah itu... perjalanan kaki panjang menanti. Sekitar pukul delapan pagi kami berangkat. Cuaca bersahabat, dan kondisi air sungai cukup ti...

🌳 Bojakan Antara Hutan, Sungai, dan Ancaman HTI

Gambar
Bojakan selama ini dikenal sebagai desa dengan alam yang kaya. Sungainya jernih, menjadi sumber air bersih bagi masyarakat, tempat anak-anak bermain, sekaligus jalur transportasi utama. Di sungai itulah udang dan ikan selalu ada, memberi makan banyak keluarga. Air yang bersih juga menjadikan sagu Bojakan terkenal berkualitas baik. Hutan di sekitar Bojakan bukan sekadar kumpulan pohon. Dari sana masyarakat mengambil kayu untuk rumah dan sampan, rotan untuk anyaman, serta tanaman obat-obatan untuk kebutuhan sehari-hari. Satwa endemik juga hidup berdampingan dengan masyarakat, menjadi bagian dari keseimbangan alam yang sudah lama terjaga. Namun semua itu kini menghadapi ancaman besar: rencana masuknya Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan tanaman Kaliandra. --- Janji dan Iming-Iming HTI Perusahaan datang membawa janji manis. Mereka bicara tentang lapangan kerja, infrastruktur jalan yang lebih baik, serta uang kompensasi bagi masyarakat. Semua itu seolah-olah menjanjikan masa dep...

Sampan Bojakan: Warisan Adat, Gotong Royong, dan Identitas Orang Mentawai

Gambar
Di Desa Bojakan, sampan bukan sekadar alat transportasi. Ia adalah bagian dari identitas, tradisi, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Seperti yang dilakukan oleh Pak Martinus, salah satu tokoh masyarakat Bojakan, pembuatan sampan masih mengikuti jejak orang tua dulu—perpaduan antara keterampilan tangan, pemilihan kayu, serta aturan adat yang melekat kuat. Kayu Pilihan: Bukan Sembarang Pohon Besar Sampan tidak bisa dibuat dari sembarang kayu. Orang Bojakan memilih jenis kayu tertentu yang dikenal tahan air, kuat, dan tidak mudah pecah, seperti katuka, ataran, kaboi, macemen, garau, dan menegan. Pohon-pohon ini hanya bisa ditemukan di hutan, dan umumnya berukuran besar dengan kualitas yang sudah teruji oleh waktu. Sebelum menebang, masyarakat memegang pantangan tertentu. Misalnya, pemilik sampan dilarang memakan pucuk nibung karena dipercaya kayu yang ditebang bisa retak. Selain itu, ada pantangan umum sebelum bekerja berat, seperti menahan diri dar...