Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2025

Bojakan: Hidup di Dusun Tanpa Listrik dan Hanya Bisa Dijangkau dengan Pompong

Gambar
Bojakan: Hidup di Dusun Tanpa Listrik dan Hanya Bisa Dijangkau dengan Pompong Di tengah bukit dan sungai yang membentang, Dusun Bojakan berdiri dengan tenang namun penuh tantangan. Desa ini tidak tersentuh jalan darat, listrik pun praktis tidak ada. Satu-satunya akses ke dunia luar hanyalah melalui pompong, perahu tradisional yang menavigasi sungai berliku. Perjalanan ke desa tetangga atau kecamatan memakan waktu berjam-jam, ditambah biaya bahan bakar yang tidak sedikit. Kondisi ini membuat harga kebutuhan pokok tinggi, sementara hasil bumi warga sering dijual murah karena sulit diangkut ke pasar. Foto: Masyarakat Bojakan membawa barang menggunakan pompong. Perjalanan ke Dunia Luar Setiap perjalanan dari Bojakan bukan sekadar berpindah tempat; ia adalah perjalanan melawan alam. Pompong yang menahan beban manusia dan barang meluncur perlahan di sungai yang kadang berarus deras. Biaya bahan ...

Bojakan Canoes: Tradition, Solidarity, and the Identity of the Mentawai People

Gambar
In Bojakan Village, a canoe is not just a means of transportation. It is an identity, a tradition, and a piece of local wisdom passed down through generations. For Pak Martinus, one of the village elders, building a canoe still follows the footsteps of his ancestors—a combination of craftsmanship, specific timber selection, and cultural rules deeply tied to tradition. The Timber: Not Just Any Big Tree A canoe cannot be made from just any tree. The Bojakan people carefully choose timbers known for being water-resistant, durable, and resilient, such as katuka, ataran, kaboi, macemen, garau, and menegan. These large trees are usually found deep in the forest. Before felling, taboos are strictly observed. For example, canoe owners are forbidden from eating young nibung shoots, as it is believed the wood will crack if the taboo is broken. After cutting, the logger plants a small sapling at the stump as a symbolic replacement for the tree taken. Tools: From Onggut to Chainsaws Th...

Dari Bojakan: Tanah Keras, Harapan yang Tetap Tumbuh

Gambar
Hidup di Bojakan bukan perkara mudah. Tanah pertanian sebagian besar berupa tanah liat berwarna kuning, yang sulit ditanami dan cepat tergenang air. Bagi petani, itu berarti kerja keras yang sering berujung pada hasil seadanya. Belum lagi banjir yang sewaktu-waktu datang dan merusak tanaman. Di tengah kondisi itu, ada kebutuhan mendesak: pagar pertanian. Tanaman sering rusak oleh banjir dan hewan, sehingga hasil panen tidak pernah benar-benar aman. Pagar kawat dianggap sebagai solusi yang lebih kuat dan tahan lama. Namun pagar saja tidak cukup. Masyarakat Bojakan berharap ada pendampingan dan edukasi tentang pemeliharaan tanah. Kami ingin belajar bagaimana tanah yang liat ini bisa kembali subur—dengan kompos, pupuk organik, dan teknik bercocok tanam yang sesuai. Lebih dari itu, kami ingin ada fasilitasi nyata: 🌱Kompos dan pupuk organik yang bisa memperbaiki kualitas tanah. 🌱Pagar kawat yang kuat untuk melindungi hasil pertanian. 🌱Pembukaan dan pembebasan lahan pertanian ...

Potret Pendidikan di Bojakan: Mimpi yang Sering Terhenti di Tengah Jalan

Gambar
Bojakan, sebuah desa kecil yang jauh dari pusat kecamatan, menyimpan cerita panjang tentang bagaimana beratnya perjuangan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan. Di atas kertas, sistem pendidikan di sini berjalan: ada PAUD, ada SD, dan anak-anak bisa melanjutkan ke SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Namun di balik itu, kenyataan yang dialami masyarakat menunjukkan bahwa mimpi pendidikan di Bojakan sering kali terhenti di tengah jalan. PAUD: Antara Ladang dan Masa Depan Anak PAUD di Bojakan dikelola langsung oleh pemerintah desa. Dari sisi regulasi dan tenaga pengajar, sebenarnya cukup baik: tersedia dua orang guru yang siap mendidik anak-anak. Namun kendala justru datang dari orang tua. Sebagian orang tua merasa sulit untuk memasukkan anak ke PAUD karena harus menunggu mereka di sekolah, sementara ladang sebagai sumber penghidupan berada jauh dari pemukiman. Akhirnya, banyak anak usia dini yang tidak mendapat kesempatan pendidikan awal yang cukup, hanya karena benturan kebu...

Perjalanan Panjang Menuju Lubaga dan Bai’: Sebuah Cerita dari Pedalaman Bojakan

Gambar
Perjalanan Panjang Menuju Lubaga dan Bai’: Sebuah Cerita dari Pedalaman Bojakan Oleh: Yohanes Irman— Bojakan, 18–20 November 2023 Pagi yang Tenang di Bojakan Pagi itu, 18 November 2023, langit Bojakan tampak cerah. Sinar matahari perlahan menembus pepohonan di tepi sungai, dan angin membawa aroma air pasang yang lembut. Kami bersiap-siap untuk berangkat — saya, sekretaris desa, dan kasi pemerintahan. Dari kecamatan ada enam orang: kasi pemerintahan, staf pencatatan sipil, Pol PP, dan beberapa lainnya. Total sembilan orang, dengan tiga perempuan di antaranya. Tiga sampan kecil — atau lebih tepatnya pompong — sudah menunggu di tepi sungai. Kami semua tahu, ini bukan perjalanan biasa. Tujuan kami: Dusun Lubaga, salah satu dusun terpencil di wilayah Desa Bojakan. Dari Bojakan ke Sinindiu masih bisa dilalui dengan pompong, tapi setelah itu... perjalanan kaki panjang menanti. Sekitar pukul delapan pagi kami berangkat. Cuaca bersahabat, dan kondisi air sungai cukup ti...

🌳 Bojakan Antara Hutan, Sungai, dan Ancaman HTI

Gambar
Bojakan selama ini dikenal sebagai desa dengan alam yang kaya. Sungainya jernih, menjadi sumber air bersih bagi masyarakat, tempat anak-anak bermain, sekaligus jalur transportasi utama. Di sungai itulah udang dan ikan selalu ada, memberi makan banyak keluarga. Air yang bersih juga menjadikan sagu Bojakan terkenal berkualitas baik. Hutan di sekitar Bojakan bukan sekadar kumpulan pohon. Dari sana masyarakat mengambil kayu untuk rumah dan sampan, rotan untuk anyaman, serta tanaman obat-obatan untuk kebutuhan sehari-hari. Satwa endemik juga hidup berdampingan dengan masyarakat, menjadi bagian dari keseimbangan alam yang sudah lama terjaga. Namun semua itu kini menghadapi ancaman besar: rencana masuknya Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan tanaman Kaliandra. --- Janji dan Iming-Iming HTI Perusahaan datang membawa janji manis. Mereka bicara tentang lapangan kerja, infrastruktur jalan yang lebih baik, serta uang kompensasi bagi masyarakat. Semua itu seolah-olah menjanjikan masa dep...

BUMDes TIRIK OINAN: Dari Regulasi ke Realita, Perjuangan Membangun Kemandirian Ekonomi Desa Bojakan

Gambar
Pemerintah Indonesia sejak lama mendorong desa-desa agar tidak sekadar menjadi penerima pembangunan, tetapi mampu mengelola potensi mereka secara mandiri. Salah satu terobosan besar adalah lahirnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang diatur dalam Undang-Undang Desa. Melalui BUMDes, desa memiliki wadah usaha berbadan hukum untuk mengembangkan ekonomi lokal, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes). Namun, dari regulasi yang tampak sederhana itu, perjalanan di lapangan sering kali jauh lebih kompleks. BUMDes bukan hanya soal aturan, tetapi juga soal perjuangan, keringat, dan daya tahan masyarakat desa. Lahirnya BUMDes Tirik Oinan Semangat inilah yang kemudian melahirkan BUMDes Tirik Oinan di Desa Bojakan, Kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Setelah melalui musyawarah desa, penyusunan peraturan desa, hingga proses administrasi di kementerian, BUMDes Tirik Oinan akhirnya resmi berdiri pada 15 Juli 2025 dengan nomor registrasi ...

Sampan Bojakan: Warisan Adat, Gotong Royong, dan Identitas Orang Mentawai

Gambar
Di Desa Bojakan, sampan bukan sekadar alat transportasi. Ia adalah bagian dari identitas, tradisi, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Seperti yang dilakukan oleh Pak Martinus, salah satu tokoh masyarakat Bojakan, pembuatan sampan masih mengikuti jejak orang tua dulu—perpaduan antara keterampilan tangan, pemilihan kayu, serta aturan adat yang melekat kuat. Kayu Pilihan: Bukan Sembarang Pohon Besar Sampan tidak bisa dibuat dari sembarang kayu. Orang Bojakan memilih jenis kayu tertentu yang dikenal tahan air, kuat, dan tidak mudah pecah, seperti katuka, ataran, kaboi, macemen, garau, dan menegan. Pohon-pohon ini hanya bisa ditemukan di hutan, dan umumnya berukuran besar dengan kualitas yang sudah teruji oleh waktu. Sebelum menebang, masyarakat memegang pantangan tertentu. Misalnya, pemilik sampan dilarang memakan pucuk nibung karena dipercaya kayu yang ditebang bisa retak. Selain itu, ada pantangan umum sebelum bekerja berat, seperti menahan diri dar...

Banjir September 2025: Kerugian Petani Jagung di Desa Bojakan Capai Rp36 Juta

Gambar
Pada awal September 2025, Desa Bojakan kembali diuji oleh bencana alam. Hujan deras yang turun tanpa henti selama dua hari, 2–3 September 2025, membuat aliran sungai meluap. Air bah datang bukan hanya membawa genangan, tapi juga arus deras yang menghantam lahan pertanian masyarakat. Kerugian yang Dialami Petani Jagung Sebanyak 9 petani jagung menjadi korban langsung dari bencana ini. Dari total 28.662 m² lahan terdampak, sebagian besar sudah ditanami, sisanya masih berupa lahan kosong yang siap ditanami. Lahan sudah ditanami: 12.622 m² Kerugian Rp 25.594.700 Lahan belum ditanami: 16.000 m² Kerugian Rp 10.912.200 Total kerugian keseluruhan: Rp 36.506.900 Angka tersebut hanyalah gambaran material. Yang lebih menyakitkan adalah sirnanya harapan petani. Jerih payah, modal, dan tenaga yang sudah dicurahkan seakan hanyut bersama derasnya arus. Dampak Sosial dan Ekonomi Banjir ini bukan sekadar merusak tanaman, tetapi juga mengguncang semangat masyarakat. Pertanian selama ini menj...

“Galápagos Primata dari Siberut: Bojakan dan Harapan Ekowisata”

Gambar
Sumber Foto : Taman Nasional Siberut. Bojakan dan Potensi Ekowisata di Jantung Taman Nasional Siberut Di tengah pulau Siberut, Desa Bojakan menyimpan cerita alam yang tak banyak diketahui orang. Desa ini berada di dalam kawasan Taman Nasional Siberut (TNS), sebuah bentang hutan tropis yang diakui dunia karena kekayaan hayatinya. Hutan lebat yang masih terjaga, suara satwa yang bersahut-sahutan, serta aliran sungai yang berkelok menjadikan Bojakan sebagai salah satu pintu masuk potensial untuk ekowisata minat khusus. Bagi pengunjung, langkah pertama menapaki Bojakan berarti memasuki ruang hidup yang berbeda. Dari balik pepohonan tinggi, sering terdengar suara simakobu (Simias concolor), primata endemik Siberut dengan lengkingan khasnya yang menggema hingga jauh. Di sela cabang pohon, bilou (Hylobates klossii) tampak lincah berpindah dari satu batang ke batang lain. Kehadiran satwa endemik lain seperti joja (Presbytis potenziani) dan bokkoi (Macaca siberu) menjadikan wilayah ...

"KONTAK KINEKRE"

Gambar
KINEKRE Budaya, Alam, dan Cerita dari Bojakan 📨 Hubungi Kami Terima kasih sudah berkunjung ke KINEKRE . Kami sangat terbuka untuk saran, kolaborasi, atau pertanyaan seputar budaya, tradisi, dan potensi lokal di Bojakan dan Mentawai. Silakan hubungi kami melalui salah satu cara di bawah ini: 📧 Email: kinekre@gmail.com 🌐 Situs: https://kinekre.blogspot.com 🏝️ Lokasi: Desa Bojakan, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat 🖊️ Kirim Pesan Langsung © 2025 KINEKRE — Semua Hak Dilindungi.