Banjir September 2025: Kerugian Petani Jagung di Desa Bojakan Capai Rp36 Juta

Pada awal September 2025, Desa Bojakan kembali diuji oleh bencana alam. Hujan deras yang turun tanpa henti selama dua hari, 2–3 September 2025, membuat aliran sungai meluap. Air bah datang bukan hanya membawa genangan, tapi juga arus deras yang menghantam lahan pertanian masyarakat.

Kerugian yang Dialami Petani Jagung

Sebanyak 9 petani jagung menjadi korban langsung dari bencana ini. Dari total 28.662 m² lahan terdampak, sebagian besar sudah ditanami, sisanya masih berupa lahan kosong yang siap ditanami.

Lahan sudah ditanami: 12.622 m²
Kerugian Rp 25.594.700

Lahan belum ditanami: 16.000 m²
Kerugian Rp 10.912.200
Total kerugian keseluruhan: Rp 36.506.900

Angka tersebut hanyalah gambaran material. Yang lebih menyakitkan adalah sirnanya harapan petani. Jerih payah, modal, dan tenaga yang sudah dicurahkan seakan hanyut bersama derasnya arus.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Banjir ini bukan sekadar merusak tanaman, tetapi juga mengguncang semangat masyarakat. Pertanian selama ini menjadi tumpuan utama ekonomi desa. Dengan adanya musibah ini:
🌽Ekonomi keluarga petani terguncang.
🌽Semangat bercocok tanam menurun.
🌽Rasa cemas meningkat karena lahan-lahan pertanian berada di kawasan rawan banjir.

Padahal, di tengah terbatasnya pilihan kerja, pertanian jagung merupakan salah satu peluang ekonomi utama bagi masyarakat Bojakan.
Harapan ke Depan

Masyarakat menyadari bahwa mereka membutuhkan dukungan nyata dari berbagai pihak agar bisa bangkit. Harapan itu di antaranya:
*Pemerintah Desa & BUMDes → sebagai penggerak awal, bisa memfasilitasi usulan dan pendampingan petani.
*Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian dan Dinas PUPR) → untuk memberikan bantuan bibit, modal, hingga solusi teknis seperti perbaikan saluran air atau relokasi lahan.
*Balai Taman Nasional / pihak pengelola kawasan → mengingat sebagian lahan masyarakat berada di pinggiran sungai dalam kawasan konservasi.
*Mitra Swasta dan Lembaga Keuangan → misalnya bantuan CSR perusahaan atau program pembiayaan pertanian.

Selain bantuan darurat, masyarakat juga berharap ada solusi jangka panjang seperti pembukaan lahan baru, relokasi pertanian ke kawasan yang lebih aman, hingga program khusus pembebasan lahan pertanian untuk warga.
Tantangan Khusus di Bojakan

Kondisi tanah di Desa Bojakan memang unik. Karena banyak lahan pribadi tidak tersedia, masyarakat terpaksa mengolah lahan yang berada di pinggiran sungai. Lokasi ini rentan diterjang banjir, terlebih dengan kontur wilayah berbukit yang membatasi ruang bercocok tanam.

Hal ini membuat ketahanan pangan dan ekonomi lokal benar-benar tergantung pada kebijakan dan perhatian pihak terkait.

Mari Dukung Petani Bojakan

Bencana memang tak bisa dihindari, namun semangat untuk bangkit tidak boleh padam. Petani Bojakan membutuhkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga swasta, maupun masyarakat luas.

Dengan adanya langkah nyata—mulai dari bantuan bibit, pendampingan teknis, hingga pembukaan lahan baru—petani akan kembali memiliki harapan. Pertanian bukan hanya sumber ekonomi, tetapi juga napas kehidupan desa.

Sudah saatnya kita bersama-sama menjaga dan mendukung para petani Bojakan agar bisa bangkit kembali, demi masa depan pangan dan kesejahteraan masyarakat desa.
---

Komentar