Postingan

Realita Digitalisasi di Tengah Keterbatasan Energi dan Akses Bojakan

Gambar
Realita Digitalisasi di Tengah Keterbatasan Energi dan Akses Bojakan ✍️ Oleh: KINEKRE – Desa Bojakan, Sumatra Barat Di tengah hutan, di antara sungai dan bukit yang memisahkan dusun satu dengan yang lain, Desa Bojakan perlahan-lahan mulai terhubung dengan dunia luar. Bukan lewat jalan beraspal atau jembatan beton, tapi lewat sinyal dari langit — jaringan internet Starlink. Kini sudah ada lima perangkat Starlink di Bojakan: milik kantor desa , BPD , SDN 15 Bojakan , dan dua unit di rumah pribadi masyarakat . Dua di antaranya merupakan perangkat generasi kedua (Gen 2), sedangkan tiga lainnya adalah perangkat generasi ketiga (Gen 3) yang dibiayai melalui alokasi Dana Desa. Langkah ini diambil oleh pemerintah desa setelah melihat bahwa Starlink menjadi solusi paling praktis dalam membuka akses digital bagi masyarakat — meskipun dengan biaya yang tidak murah. Pemerintah memutuskan untuk menganggarkannya dan menempatkan peran...

“Ketika Plafon Roboh, Semangat Belajar Tak Ikut Jatuh: Potret SDN 23 Bojakan”

Gambar
Publikasi lokal · Desa Bojakan — SDN 23 Lubaga Sekolah Tua di Lubaga: Tempat Anak-Anak Dusun Lubaga Tetap Belajar Meski Atap Bocor Di ujung pedalaman Dusun Lubaga, Desa Bojakan, berdiri SD Negeri 23 Bojakan — sekolah sederhana yang masih menghidupkan harapan bagi anak-anak di wilayah terpencil. Berikut laporan singkat disertai foto. Untuk mencapai Dusun Lubaga, dibutuhkan perjalanan panjang: naik pompong berjam-jam lalu berjalan melewati bukit dan hutan. Letak yang jauh itu membuat kondisi sarana pendidikan sangat rentan tertinggal. " Foto 1 — Lantai koridor dan area kelas yang rusak; beberapa ubin pecah dan permukaan becek saat hujan. " Foto 2 — Plafon kelas yang berlubang dan beberapa panel yang terlepas, meningkatkan risiko kebocoran dan keselamatan siswa. " Foto 3 — Ruang kelas; fasilitas sederhana. ...

Membangun Bojakan: Diantar SDM dan Ekonomi yang Saling Menunggu

Gambar
Membangun Bojakan: Di Antara SDM dan Ekonomi yang Saling Menunggu Oleh: John — Direktur BUMDes TIRIK OINAN 1. Sebuah Dilema dari Ujung Negeri Desa Bojakan adalah rumah bagi tiga dusun: Bojakan, Lubaga, dan Bai’ . Tiga nama yang akrab di telinga masyarakat, tapi jaraknya satu sama lain seakan dipisahkan oleh waktu dan tenaga. Untuk mencapai Dusun Lubaga dari Bojakan, masyarakat harus naik pompong selama tiga jam, lalu berjalan kaki naik-turun bukit sekitar empat sampai lima jam, sebelum akhirnya turun lagi ke hilir dengan pompong dua hingga tiga jam lagi. Antara Lubaga dan Bai’ masih lebih dekat — hanya sekitar tiga puluh menit dengan pompong — tapi tetap saja, jarak itu menjadi dinding besar bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Di tengah kondisi itu, Bojakan menyimpan satu kenyataan yang terasa pahit namun jujur: ekonomi masyarakat sulit tumbuh, sementara kualitas sumber daya manusianya (SDM) juga masih terbatas. Masalahnya, dua ...

Bojakan: Hidup di Dusun Tanpa Listrik dan Hanya Bisa Dijangkau dengan Pompong

Gambar
Bojakan: Hidup di Dusun Tanpa Listrik dan Hanya Bisa Dijangkau dengan Pompong Di tengah bukit dan sungai yang membentang, Dusun Bojakan berdiri dengan tenang namun penuh tantangan. Desa ini tidak tersentuh jalan darat, listrik pun praktis tidak ada. Satu-satunya akses ke dunia luar hanyalah melalui pompong, perahu tradisional yang menavigasi sungai berliku. Perjalanan ke desa tetangga atau kecamatan memakan waktu berjam-jam, ditambah biaya bahan bakar yang tidak sedikit. Kondisi ini membuat harga kebutuhan pokok tinggi, sementara hasil bumi warga sering dijual murah karena sulit diangkut ke pasar. Foto: Masyarakat Bojakan membawa barang menggunakan pompong. Perjalanan ke Dunia Luar Setiap perjalanan dari Bojakan bukan sekadar berpindah tempat; ia adalah perjalanan melawan alam. Pompong yang menahan beban manusia dan barang meluncur perlahan di sungai yang kadang berarus deras. Biaya bahan ...

Bojakan Canoes: Tradition, Solidarity, and the Identity of the Mentawai People

Gambar
In Bojakan Village, a canoe is not just a means of transportation. It is an identity, a tradition, and a piece of local wisdom passed down through generations. For Pak Martinus, one of the village elders, building a canoe still follows the footsteps of his ancestors—a combination of craftsmanship, specific timber selection, and cultural rules deeply tied to tradition. The Timber: Not Just Any Big Tree A canoe cannot be made from just any tree. The Bojakan people carefully choose timbers known for being water-resistant, durable, and resilient, such as katuka, ataran, kaboi, macemen, garau, and menegan. These large trees are usually found deep in the forest. Before felling, taboos are strictly observed. For example, canoe owners are forbidden from eating young nibung shoots, as it is believed the wood will crack if the taboo is broken. After cutting, the logger plants a small sapling at the stump as a symbolic replacement for the tree taken. Tools: From Onggut to Chainsaws Th...

Dari Bojakan: Tanah Keras, Harapan yang Tetap Tumbuh

Gambar
Hidup di Bojakan bukan perkara mudah. Tanah pertanian sebagian besar berupa tanah liat berwarna kuning, yang sulit ditanami dan cepat tergenang air. Bagi petani, itu berarti kerja keras yang sering berujung pada hasil seadanya. Belum lagi banjir yang sewaktu-waktu datang dan merusak tanaman. Di tengah kondisi itu, ada kebutuhan mendesak: pagar pertanian. Tanaman sering rusak oleh banjir dan hewan, sehingga hasil panen tidak pernah benar-benar aman. Pagar kawat dianggap sebagai solusi yang lebih kuat dan tahan lama. Namun pagar saja tidak cukup. Masyarakat Bojakan berharap ada pendampingan dan edukasi tentang pemeliharaan tanah. Kami ingin belajar bagaimana tanah yang liat ini bisa kembali subur—dengan kompos, pupuk organik, dan teknik bercocok tanam yang sesuai. Lebih dari itu, kami ingin ada fasilitasi nyata: 🌱Kompos dan pupuk organik yang bisa memperbaiki kualitas tanah. 🌱Pagar kawat yang kuat untuk melindungi hasil pertanian. 🌱Pembukaan dan pembebasan lahan pertanian ...

Potret Pendidikan di Bojakan: Mimpi yang Sering Terhenti di Tengah Jalan

Gambar
Bojakan, sebuah desa kecil yang jauh dari pusat kecamatan, menyimpan cerita panjang tentang bagaimana beratnya perjuangan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan. Di atas kertas, sistem pendidikan di sini berjalan: ada PAUD, ada SD, dan anak-anak bisa melanjutkan ke SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Namun di balik itu, kenyataan yang dialami masyarakat menunjukkan bahwa mimpi pendidikan di Bojakan sering kali terhenti di tengah jalan. PAUD: Antara Ladang dan Masa Depan Anak PAUD di Bojakan dikelola langsung oleh pemerintah desa. Dari sisi regulasi dan tenaga pengajar, sebenarnya cukup baik: tersedia dua orang guru yang siap mendidik anak-anak. Namun kendala justru datang dari orang tua. Sebagian orang tua merasa sulit untuk memasukkan anak ke PAUD karena harus menunggu mereka di sekolah, sementara ladang sebagai sumber penghidupan berada jauh dari pemukiman. Akhirnya, banyak anak usia dini yang tidak mendapat kesempatan pendidikan awal yang cukup, hanya karena benturan kebu...

Perjalanan Panjang Menuju Lubaga dan Bai’: Sebuah Cerita dari Pedalaman Bojakan

Gambar
Perjalanan Panjang Menuju Lubaga dan Bai’: Sebuah Cerita dari Pedalaman Bojakan Oleh: Yohanes Irman— Bojakan, 18–20 November 2023 Pagi yang Tenang di Bojakan Pagi itu, 18 November 2023, langit Bojakan tampak cerah. Sinar matahari perlahan menembus pepohonan di tepi sungai, dan angin membawa aroma air pasang yang lembut. Kami bersiap-siap untuk berangkat — saya, sekretaris desa, dan kasi pemerintahan. Dari kecamatan ada enam orang: kasi pemerintahan, staf pencatatan sipil, Pol PP, dan beberapa lainnya. Total sembilan orang, dengan tiga perempuan di antaranya. Tiga sampan kecil — atau lebih tepatnya pompong — sudah menunggu di tepi sungai. Kami semua tahu, ini bukan perjalanan biasa. Tujuan kami: Dusun Lubaga, salah satu dusun terpencil di wilayah Desa Bojakan. Dari Bojakan ke Sinindiu masih bisa dilalui dengan pompong, tapi setelah itu... perjalanan kaki panjang menanti. Sekitar pukul delapan pagi kami berangkat. Cuaca bersahabat, dan kondisi air sungai cukup ti...

🌳 Bojakan Antara Hutan, Sungai, dan Ancaman HTI

Gambar
Bojakan selama ini dikenal sebagai desa dengan alam yang kaya. Sungainya jernih, menjadi sumber air bersih bagi masyarakat, tempat anak-anak bermain, sekaligus jalur transportasi utama. Di sungai itulah udang dan ikan selalu ada, memberi makan banyak keluarga. Air yang bersih juga menjadikan sagu Bojakan terkenal berkualitas baik. Hutan di sekitar Bojakan bukan sekadar kumpulan pohon. Dari sana masyarakat mengambil kayu untuk rumah dan sampan, rotan untuk anyaman, serta tanaman obat-obatan untuk kebutuhan sehari-hari. Satwa endemik juga hidup berdampingan dengan masyarakat, menjadi bagian dari keseimbangan alam yang sudah lama terjaga. Namun semua itu kini menghadapi ancaman besar: rencana masuknya Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan tanaman Kaliandra. --- Janji dan Iming-Iming HTI Perusahaan datang membawa janji manis. Mereka bicara tentang lapangan kerja, infrastruktur jalan yang lebih baik, serta uang kompensasi bagi masyarakat. Semua itu seolah-olah menjanjikan masa dep...